6:11 AM

Unsur-Unsur Tata Ibadah

UNSUR UNSUR TATA IBADAH

Di Gereja/Jemaat tertentu, Kebaktian Remaja memakai tata ibadah yang sama dengan kebaktian umum, namun di tempat lain ada yang tidak memperhatikan tata ibadah. Bagaimanakah sebaiknya? Kita perlu mengenali dan memahami unsur-unsur yang ada dalam liturgi, agar kita mengerti mengapa liturgi itu disusun demikian, apa makna tiap unsur, sehingga kita dapat mengikuti dan menghayatinya.

Prinsip tata ibadah adalah dialog antara jemaat dengan Tuhan, dan antara jemaat itu sendiri. Maka unsur-unsur tata ibadah juga merupakan dialog antara jemaat dan Tuhan (diwakili oleh pelayan kebaktian) serta dialog di antara jemaat sendiri. Namun demikian, acap kali terjadi pelayan kebaktian tidak hanya mewakili Tuhan, tetapi juga mewakili jemaat, misalnya ia menaikkan doa, mengajak menyanyi jemaat. Akibatnya, prinsip dialog itu kurang nampak. Kekurangan lain yang sering terjadi adalah jemaat menganggap ibadah merupakan hubungan secara pribadi dengan Tuhan, sehingga ia kurang merasakan kebersamaan dan dialog antara seluruh jemaat dengan Tuhan.
Ada empat pokok besar dalam liturgi, yakni;
1. Kita merasakan kehadiran Allah.
2. Kita mendengar Allah bersabda.
3. Kita menjawab Allah dengan persembahan.
4. Kita bersedia diutus untuk mengasihi dan melayani.

Keempat pokok besar itu ada dalam liturgi GKJ dan GKI, sekalipun dengan urutan yang berbeda. Selanjutnya secara lebih rinci akan kita lihat unsur unsur liturgi yang dipakai oleh GKJ dan GKI, yaitu;

1. Panggilan untuk beribadah.
Panggilan untuk beribadah merupakan inisiatif Allah yang memanggil manusia berdosa. Jadi, dasar kita beribadah adalah panggilan Allah, bukan inisiatif atau kemampuan manusia. Secara fisik, dikalangan orang Yahudi panggilan untuk beribadah diwujudkan dengan suara terompet untuk mengumpulkan orang. Kemudian gereja memakai lonceng, bel, kenthongan atau nyala lampu. Namun demikian, panggilan untuk beribadah perlu juga diwujudkan secara lisan, misalnya dengan membacakan Mazmur atau dengan nyanyian pendahuluan.

2. Votum
Votum merupakan pengakuan kehadiran Allah di tengah umatNya, sehingga diletakkan pada bagian permulaan kebaktian. Votum merupakan pernyataan amanat dan kuasa Allah. Ibadah ini tidak akan berlangsung tanpa kehadiran Allah sendiri. Rumusan votum biasanya diambil dari Mazmur 124:8, yaitu;
“Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan
yang menjadikan langit dan bumi “
Ayat ini menunjukkan pengakuan Daud akan pertolongan Tuhan, tatkala ia ada dalam bahaya. Tak ada wilayah di luar kekuasaan Tuhan, sebab Dialah yang menjadikan langit dan bumi. Jika ayat ini kembali diperdengarkan dalam ibadah, kita dapat memiliki perasaan hormat, syukur, sikap berserah dan bersandar pada pertolongan Tuhan. Karena itu, votum perlu dihayati dengan sungguh-sungguh dan jangan dianggap entheng atau sekedar pelengkap.

3. Salam (Salutatio)
Salam biasanya diucapkan langsung sesudah votum, dengan rumusan;
Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma 1:7).
Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau (II Tim 1:2)
Ada dua macam pengertian tentang salam:
Yang pertama, salam ini merupakan salam sejahtera dari Allah untuk umatNya. Oleh karena itu, seorang pendeta mengucapkan salam dengan mengangkat tangan kanannya ke atas, dan jemaat menjawab “Amin” (artinya: sungguh dan pasti). Dalam pengertian yang pertama ini kata “damai sejahtera” atau syalom (bahasa Ibrani) berarti pengharapan agar si penerima salam damai itu dihindarkan dari bahaya.
Yang kedua, salam ini merupakan salam damai diantara anggota jemaat, sehingga diucapkan secara bersahutan yaitu jemaat menjawab “dan menyertai saudara juga”. Dalam pengertian yang kedua ini salam merupakan tanda persaudaraan. Jadi, jemaat tidak perlu menundukkan kepala.
Kata “kasih karunia” atau kharis (bahasa Yunani) berarti sukacita, kesenangan, indah, menarik. Jadi, ada suatu pengharapan agar si penerima kasih karunia itu memiliki hidup yang penuh sukacita, kesenangan, indah, dan menarik.

4. Introitus
Terdiri dari nas/ayat pendahuluan dan nyanyian. Maksudnya ialah untuk menyatakan sifat yang khusus dari kebaktian jemaat dalam hubungannya dengan Tuhan (dalam tahun Gerejawi atau tema khotbah hari itu). Setelah Firman Tuhan itu dibacakan, jemaat menjawabnya dengan nyanyian yang sesuai.

5. Nyanyian
Ada macam-macam nyanyian dalam liturgi, yaitu nyanyian pujian (biasanya diawal), nyanyian pengakuan dosa, nyanyian doa, nyanyian janji/tekad dan sebagainya. Macam-macam nyanyian ini harus dipakai sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya, dan dengan irama yang seharusnya. Penghayatan akan nyanyian yang benar dan indah dapat menyentuh hati, baik yang menyanyikan maupun orang di luar yang mendengarnya. Sebaliknya lagu yang dinyanyikan asal asalan atau tidak tepat akan kurang membangun penghayatan iman.

6. Pengakuan Dosa dan Pemberitaan Anugerah
Terdiri dari doa dan nyanyian pengakuan dosa, yang menggambarkan kerendahan manusia di hadapan Tuhan, sekaligus menjawab panggilan Tuhan yang mau menerima manusia berdosa, menyelamatkannya, dan memperbaharui kehidupannya. Dosa dosa yang diakui semestinya jelas dan kongkrit, bukan sekedar dikatakan “ampunilah dosa dan kesalahan kami”. Sebab dosa yang konkrit membawa kita pada pertobatan yang konkrit pula, sedangkan dosa yang tidak kongkrit mengakibatkan pertobatan yang tak jelas. Dosa tidak hanya secara pribadi, tetapi juga secara komunal (kelompok), yaitu dosa sebagai keluarga, sebagai gereja, sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan negara, bahkan sebagai manusia; pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan.

7. Petunjuk Hidup baru.
Merupakan nas/ayat yang menunjukkan pembaharuan hidup setelah pengampunan dari Allah, sebab pengampunan dosa bukan akhir perjalanan hidup manusia. Pengampunan dari Allah selalu memanggil manusia untuk memperbaharui kehidupannya. Petunjuk hidup baru hendaknya sesuai dengan tema khotbah, sehingga menunjang kesatuan Firman hari itu. Di beberapa jemaat, pada waktu petunjuk hidup baru disampaikan, jemaat menerimanya dengan berdiri, sebagai pernyataan SIAP melaksanakan kehendak Tuhan.

8. Epiklese
Epiklese adalah doa untuk memohon pimpinan Roh Kudus agar Firman Allah dapat diberitakan dan didengarkan dengan baik. Kita menyadari bahwa ada banyak gangguan dan godaan terhadap konsentrasi mendengarkan firman. Demikian juga seringkali manusia mengeraskan hati dan tidak mau berubah sesuai dengan Firman Tuhan. Untuk itu diperlukan pimpinan Roh Kudus, agar kita dapat mengerti dan bersedia melaksanakan Firman Tuhan. Dengan demikian Roh Kudus mengubah huruf yang mati (dari sebuah buku yang disebut Alkitab) menjadi huruf yang hidup, yang berbicara dan berdialog dengan manusia.

9. Pembacaan Alkitab
Bagian dari Alkitab yang dibaca merupakan dasar khotbah, dan diakhiri dengan kata-kata dari Lukas 11:28 “ yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya!”. Kemudian jemaat menyambut dengan menyanyikan Haleluya (Pujilah Tuhan). Pada minggu minggu kesengsaraan Kristus, Haleluya diganti Hosiana (= Selamatkanlah kami sekarang!).

10. Khotbah
Bagi gereja-gereja reformasi, khotbah merupakan bagian sentral dari kebaktian, sehingga memakan waktu yang paling panjang. Namun demikian, lamanya khotbah tidak boleh lebih dari 25-30 menit. Khotbah adalah penyampaian Firman Tuhan, maka khotbah mesti berdasar pada bagian dari Alkitab dan sudah dipelajari atau ditafsirkan secara bertanggungjawab, untuk dikontekstualkan dalam hidup kita masa kini. Jadi, khotbah bukanlah nasihat atau pidato atau ceramah, melainkan suatu uraian berdasarkan pada Firman Tuhan. Akan tetapi, khotbah juga bukan sekedar penyampaian tafsiran atau hal-hal yang berkaitan dengan konteks zaman dahulu, melainkan khotbah harus selalu segar dan relevan untuk hidup nyata sekarang ini. Maka, pengkhotbah semestinya menyampaikan Firman secara menarik, tetapi bukan sekedar lucu. Jemaat pun diharapkan mendengar dengan tekun dan menerimanya dalam hati dan pikiran, lalu memiliki tekad baru untuk melakukannya.

11. Saat Teduh
Saat teduh adalah saat untuk merenungkan hidup masing-masing dengan bercermin pada Firman Tuhan yang baru saja diberitakan. Diharapkan setiap orang menerapkan Firman itu dalam hidup masing-masing secara kongkrit, sehingga timbullah tekad dan kesanggupannya untuk melaksanakan Firman secara nyata. Ada yang biasa mengisi saat teduh dengan musik instrumental atau solis/paduan suara/vokal group, yang diharapkan menyanyikan lagu yang menunjang tema khotbah. Akan tetapi, ada pula yang menghendaki agar saat teduh merupakan saat hening/sunyi tanpa bunyi apapun, perhatian sepenuhnya pada diri manusia di hadapan Allah.

12. Sakramen
Sakramen (artinya “tanda”) sangat erat hubungannya dengan pemberitaan Firman. Khotbah adalah Firman yang diberitakan (dengan kata-kata), sedangkan sakramen adalah Firman yang dilihat dan dirasakan. Yang dimaksud sakramen dalam gereja reformasi (Protestan) adalah Baptis Kudus (anak dan dewasa) dan Perjamuan Kudus. Sakramen dapat diselenggarakan sebelum atau sesudah pemberitaan Firman. Ada kebaktian remaja yang juga menyelenggarakan sakramen perjamuan, tetapi ada juga yang tidak (jadi, remaja yang sudah sidhi harus mengikuti perjamuan kudus dalam kebaktian umum). Baptis Kudus adalah tanda bahwa seseorang yang percaya kepada Yesus dibenamkan ke dalam air untuk disucikan dan diampuni, lalu ia keluar lagi dari dalam air sebagai manusia baru. Yang penting adalah air dipakai sebagai lambang Baptisan dalam nama Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, entah selam atau percikan bukanlah masalah prinsipil, melainkan hanya perbedan cara. Demikian pula dalam perjamuan Kudus, cawan anggur yang dipakai dapat berupa satu cawan besar yang diedarkan untuk semua orang, bisa juga berupa sloki/gelas kecil-kecil untuk tiap orang masing-masing. Yang penting adalah makna perjamuan Kudus, yaitu tanda dan penghayatan akan Yeus Kristus yang telah mengorbankan tubuh dan darahNya untuk manusia dan dunia ini.

13. Pengakuan Iman
Pengakuan Iman merupakan pengakuan iman seluruh jemaat sebagai bagian dari gereja yang kudus dan esa, bukan hanya pengakuan iman pribadi. Maka pengakuan iman diucapkan bersama-sama oleh jemaat sambil berdiri. Calvin menempatkannya sesudah khotbah sebagai jawaban jemaat atas Firman yang telah diberitakan. Isi pengakuan iman adalah pernyataan percaya kepada Allah. Karena Pengakuan Iman dinyatakan tidak hanya di hadapan Tuhan, namun juga dihadapan manusia, maka sikap jemaat adalah mengucapkan secara mantap dengan pandangan lurus ke depan. Yang biasa diakui Pengakuan Iman Rasuli, namun juga diakui Pengakuan Iman Nicca Konstantinopel dan Pengakuan Iman Athanasius. Inti ketiganya sama, yaitu pengakuan iman kepada Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.

14. Persembahan
Persembahan merupakan tradisi sejak Perjanjian Lama, yaitu persembahan korban. Persembahan diberikan sebagai ungkapan rasa syukur jemaat atas berkat dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka, sekaligus ungkapan kesediaan untuk mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan (Roma 12:1). Untuk praktisnya, persembahan syukur diberikan dalam bentuk uang. Sebelum kantong persembahan diedarkan, biasanya ada ayat pembimbing. Akan tetapi, seringkali terjadi pada saat ayat dibacakan, anggota jemaat malah sibuk menyiapkan uang persembahan. Sebaiknya uang telah disiapkan dari rumah, sehingga tidak merepotkan pada saat pengumpulan persembahan dan dapat lebih menghayati arti persembahan.

15. Doa syafaat
Merupakan doa jemaat untuk orang lain, bangsa dan negara, dan dunia ini. Apa yang didoakan semestinya hal-hal yang kongkrit dan krusial pada saat itu, dan tidak sekedar mengulang kata-kata yang sama setiap minggunya. Biasanya doa syafaat diakhiri dengan mengucapkan Doa Bapa Kami secara bersama-sama.

16. Pengutusan
Pengutusan berarti Tuhan mengutus jemaat untuk melakukan Firman Tuhan yang sudah didapat dalam kebaktian itu. Jadi, kebaktian tak dapat dipisahkan dari hidup sehari-hari. Firman tidak hanya didengar dan dipuji keindahannya, namun harus dilaksanakan dalam hidup sehari-hari. Jemaat diutus ke dalam dunia, seperti para murid diutus Yesus untuk memberitakan Kerajaan Allah yang diajarkan dan diwujudkanNya. Jemaat diutus untuk menjadi saluran berkat Tuhan bagi sesama

17. Berkat
Berkat adalah pemberian Tuhan yang dikaruniakan kepada jemaat, agar dapat menghadapi hidup sehari-hari dengan kekuatan yang Tuhan berikan. Pendeta memberikan berkat dengan kedua tangan diangkat dan telapak tangan terbuka menghadap ke bawah. Jemaat menerimanya dengan berdiri dan kepala tertunduk, kemudian mejawab dengan mengucapkan /menyanyikan Haleluya, amin”. Berkat semestinya diterima dengan penghayatan oleh jemaat. Karena itu, tidak tepat jika jemaat menerima berkat sambil berkemas-kemas hendak pulang.
Rumusan berkat biasanya diambil dari II Korintus 13:13, namun bisa juga dari Bilangan 6:24-25, sebagai berikut:
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian (II Kor. 13:13).
Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia;
Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera (Bil. 6: 24-25).

Setelah mengerti makna tiap unsur dari liturgi, kita dapat melihat betapa indah dan mendalamnya makna liturgi kebaktian kita. Karena itu, kekayaan liturgi ini janganlah diabaikan dan dibuang, melainkan hendaknya dihayati. Yang menjadi masalah biasanya adalah rasa bosan terhadap liturgi, karena sudah menjadi kebiasaan/ritunitas tanpa penghayatan, baik dari segi pemimpin ibadah maupun jemaat. Maka penyelesaiannya bukanlah dengan membuang /tidak memakai liturgi sama sekali, melainkan dengan meningkatkan penghayatan terhadap liturgi dan menyusun liturgi yang bervariasi tanpa melupakan unsur-unsur penting di dalamnya.

1 comments:

Unknown said...

Casinos in Malta - Filmfile Europe
Find the febcasino best Casinos in Malta 토토 사이트 including bonuses, games, games apr casino and 토토 the history of games. We cover all the main reasons to visit Casinos in ventureberg.com/